Pembunuhan Di Orient Express
Agatha Christie - Murder On The Orient Express
Assalamualaikum
hallooooo readers.. ^^
Hari ini aku mau me-review novel sekaligus film Murder On The Orient Express karangan eyang Agatha Christie nih. Filmnya sendiri udah tayang di Indonesia tanggal 29 November 2017 lalu. Udah agak lama yah :')
Sebenarnya, aku udah kasih review singkat mengenai novelnya di instagram aku. Kalau mau mampir ke instagram aku bisa cari aku @aliensdimension . promosi gak apa-apa yah hihihi :p
Nah sekarang karena aku udah nonton filmnya, sekalian aja aku review bareng di sini. Kalo posting di instagram/IG lagi ngerinya jadi spam. hihihi
Judul: Murder On The Orient Express
Penulis: Agatha Christie
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 288 hlm
ISBN: 978-979-2229-8-06
Untuk pencinta novel misteri detektif pasti sudah membaca novel-novel Agatha Chrisie, apalagi untuk serial Detective Poirot. Di novel ini, mengisahkan tentang Hercule Poirot detektif asal Belgia yang baru saja menyelesaikan kasus di Istanbul, namun ia harus segera menuju London karena ada tugas yang sedang menanti. Poirot dengan berat hati melepaskan keinginannya untuk berlibur. Ia pun membeli tiket kereta Simplon Orient (Istanbul - Calais). Sayangnya, Poirot tidak bisa mendapatkan tempat tidur di gerbong kelas satu, untung saja ia pada saat itu sedang bersama sahabatnya, Buoc yang seorang direktur Compagnie Internationale des Wagon.
Setelah masalah kamar itu selesai, muncul masalah baru yang sebenarnya tak diharapkan oleh Poirot. Terjadinya pembunuhan mengerikan di kamar sebelahnya. Ia pun memulai mengintrogasi para penumpang setelah mengamati korban. Ada beberapa penumpang yang melihat seseorang yang kemungkinan menjadi pelaku dalam pembunuhan tersebut. Poirot menyadari ada keanehan yang terjadi, dimulai dari penuhnya penumpang kereta sampai ia mengetahui kalau pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus masa lalu yang ia tangani. Kini Poirot harus segera menemukan pelakunya di tengah keadaan kereta yang sedang terhenti akibat badai salju yang membuat longsor hingga menutupi jalan/rel.
Aku sendiri bingung mau ngomong dari mana tentang novel ini. hihi :')
Oke setelah bengong beberapa saat aku akan bicara mengenai fisik novelnya yang sengaja aku beli pas cover versi filmnya keluar. Untuk novel-novel Agatha Christie mungkin ini adalah novel kedua yang aku punya dan aku baca. :') Seneng banget rasanya punya novel terjemahan atau karangan luar yang versi film yang baru akan dirilis, karena novelnya ini aku beli kalo ga salah sebulan sebelum filmnya tayang di Indonesia.
Untuk isi dari novelnya, menurutku ga perlu di kasih prolog yang di ambil lagi di tengah cerita, karena seperti membaca ulang jadinya pas udah nyampe ke tengah cerita ngga baca lagi lanjut ke next paragraf atau next bab. Ceritanya menarik dan bikin aku penasaran banget serta bertanya - tanya "Pelakunya siapa sih? pasti si A. Eh bukan, pasti si B. Eh... kayanya bukan B deh."
Sampai akhirnya Poirot memberikan penjelasannya mengenai kasus di bab akhir yang membuatku tercengang. Mulutku saja ternganga membacanya. hahaha xD
Pantas saja novel ini terus diangkat menjadi film dan dikategorikan sebagai cerita terbaik.
Nah, sekarang aku mau bahas filmnya.
Waktu itu aku nonton sendiri karena ga ada temen yang bisa diajakin nonton. Kalaupun ada pasti ga cocok sama filmnya. :') Karena udah excited banget pengen nonton akhirnya langsung cus nonton ditanggal perilisan. Sepi sih di studio, cuma ada beberapa orang doang yang nonton.
Pas film dimulai, langsung disuguhkan suasana di Yerusalem dan langsung diperkenalkan sosok detektif Poirot dengan 'keseimbangannya'. Lalu, terjadi sebuah kasus pencurian dan Poirot langsung menyelesaikannya saat itu. Kisah selanjutnya sama dengan isi dari novelnya jadi tak akan aku ceritakan kembali. Entah mengapa di film, sosok Poirot itu menjadi lucu menurutku.
Ada saat di mana aku kaget karena ceritanya menurutku langsung tembak, seperti contoh "Kamu si ini ya? bla...blaa..blaa." Padahal di novel ga seperti itu pada saat introgasi.Yah, kena spoiler alert ga nih hihih Ada pula bagian action nya dan kejar-kejarannya yang membuat jadi seru. Aku suka sekali sama penggambaran lokasinya yang sepertinya dingin banget di tengah salju dan rel yang sebagiannya itu pinggirnya jurang, lalu suasana klasiknya serta pemandangannya juga indah banget. Aku benar-benar menyukai sekaligus mengagumi sinematografis di film ini.
Di bagian akhir cerita, suasananya menjadi haru. Padahal di novel aku tidak menemukan suasana itu. Jujur, pada saat bagian haru itu, aku meneteskan air mata.aiih, untung aja ga ada yang liat :v Selain kisah haru, aku menemukan sebuah kehampaan dibalik indahnya pemandangan yang disuguhkan di menit-menit akhir cerita.
Kalau aku memberikan nilai untuk film ini, mungkin aku akan berikan nilai 6,8/10.
hallooooo readers.. ^^
Hari ini aku mau me-review novel sekaligus film Murder On The Orient Express karangan eyang Agatha Christie nih. Filmnya sendiri udah tayang di Indonesia tanggal 29 November 2017 lalu. Udah agak lama yah :')
Sebenarnya, aku udah kasih review singkat mengenai novelnya di instagram aku. Kalau mau mampir ke instagram aku bisa cari aku @aliensdimension . promosi gak apa-apa yah hihihi :p
Nah sekarang karena aku udah nonton filmnya, sekalian aja aku review bareng di sini. Kalo posting di instagram/IG lagi ngerinya jadi spam. hihihi
Judul: Murder On The Orient Express
Penulis: Agatha Christie
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 288 hlm
ISBN: 978-979-2229-8-06
Untuk pencinta novel misteri detektif pasti sudah membaca novel-novel Agatha Chrisie, apalagi untuk serial Detective Poirot. Di novel ini, mengisahkan tentang Hercule Poirot detektif asal Belgia yang baru saja menyelesaikan kasus di Istanbul, namun ia harus segera menuju London karena ada tugas yang sedang menanti. Poirot dengan berat hati melepaskan keinginannya untuk berlibur. Ia pun membeli tiket kereta Simplon Orient (Istanbul - Calais). Sayangnya, Poirot tidak bisa mendapatkan tempat tidur di gerbong kelas satu, untung saja ia pada saat itu sedang bersama sahabatnya, Buoc yang seorang direktur Compagnie Internationale des Wagon.
Setelah masalah kamar itu selesai, muncul masalah baru yang sebenarnya tak diharapkan oleh Poirot. Terjadinya pembunuhan mengerikan di kamar sebelahnya. Ia pun memulai mengintrogasi para penumpang setelah mengamati korban. Ada beberapa penumpang yang melihat seseorang yang kemungkinan menjadi pelaku dalam pembunuhan tersebut. Poirot menyadari ada keanehan yang terjadi, dimulai dari penuhnya penumpang kereta sampai ia mengetahui kalau pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus masa lalu yang ia tangani. Kini Poirot harus segera menemukan pelakunya di tengah keadaan kereta yang sedang terhenti akibat badai salju yang membuat longsor hingga menutupi jalan/rel.
Aku sendiri bingung mau ngomong dari mana tentang novel ini. hihi :')
Oke setelah bengong beberapa saat aku akan bicara mengenai fisik novelnya yang sengaja aku beli pas cover versi filmnya keluar. Untuk novel-novel Agatha Christie mungkin ini adalah novel kedua yang aku punya dan aku baca. :') Seneng banget rasanya punya novel terjemahan atau karangan luar yang versi film yang baru akan dirilis, karena novelnya ini aku beli kalo ga salah sebulan sebelum filmnya tayang di Indonesia.
Untuk isi dari novelnya, menurutku ga perlu di kasih prolog yang di ambil lagi di tengah cerita, karena seperti membaca ulang jadinya pas udah nyampe ke tengah cerita ngga baca lagi lanjut ke next paragraf atau next bab. Ceritanya menarik dan bikin aku penasaran banget serta bertanya - tanya "Pelakunya siapa sih? pasti si A. Eh bukan, pasti si B. Eh... kayanya bukan B deh."
Sampai akhirnya Poirot memberikan penjelasannya mengenai kasus di bab akhir yang membuatku tercengang. Mulutku saja ternganga membacanya. hahaha xD
Pantas saja novel ini terus diangkat menjadi film dan dikategorikan sebagai cerita terbaik.
Nah, sekarang aku mau bahas filmnya.
Waktu itu aku nonton sendiri karena ga ada temen yang bisa diajakin nonton. Kalaupun ada pasti ga cocok sama filmnya. :') Karena udah excited banget pengen nonton akhirnya langsung cus nonton ditanggal perilisan. Sepi sih di studio, cuma ada beberapa orang doang yang nonton.
Pas film dimulai, langsung disuguhkan suasana di Yerusalem dan langsung diperkenalkan sosok detektif Poirot dengan 'keseimbangannya'. Lalu, terjadi sebuah kasus pencurian dan Poirot langsung menyelesaikannya saat itu. Kisah selanjutnya sama dengan isi dari novelnya jadi tak akan aku ceritakan kembali. Entah mengapa di film, sosok Poirot itu menjadi lucu menurutku.
Ada saat di mana aku kaget karena ceritanya menurutku langsung tembak, seperti contoh "Kamu si ini ya? bla...blaa..blaa." Padahal di novel ga seperti itu pada saat introgasi.
Di bagian akhir cerita, suasananya menjadi haru. Padahal di novel aku tidak menemukan suasana itu. Jujur, pada saat bagian haru itu, aku meneteskan air mata.
Kalau aku memberikan nilai untuk film ini, mungkin aku akan berikan nilai 6,8/10.
Komentar
Posting Komentar