Dia Dilanku 1990
REVIEW DILAN 1990
Assalamualaikum ^^
Halooo...haloooo......
Siapa yang sudah nonton film Dilan 1990? Ayo angkat kakinya, eh angkat tangan maksudnya. hihihi
Aku sendiri untungnya sudah nonton filmnya pas ditanggal 25 Januari 2018. Eaaa langsung tancep gas hari itu juga buat nonton, padahal sebelumnya udah diajakin sama temen buat nonton. Tapi, karena aku merasa temenku lagi sibuk banget jadi aku pergi sendiri. huhuhu Maaf ya Chingu aku meninggalkan dirimu. :') Maklum lah, kalo udah excited atau ngebet banget pengen nonton, hari itu juga aku harus nonton dan ga bisa ditunda tunda.
Sebenernya udah telat banget ya aku kasih reviewnya, seharusnya aku ngebahasnya setelah nonton filmnya. Tapi, karena mood pada saat itu kurang baik alias mager buka laptop + ngetik makanya baru sempet hari ini aku reviewnya. Sekarang, sebelum review filmnya, aku mau ngebahas novelnya dulu, okeh?
Judul : Dilan (Dia adalah Dilanku Tahun 1990)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 348 hlm
ISBN: 978-602-7870-86-4
Milea yang baru saja pindah ke Bandung karena ayahnya dipindah tugaskan di sana. Baru beberapa minggu menjadi murid baru, ada seorang lelaki yang 'sok akrab' dengannya. Menghampirinya pada saat jalan menuju sekolah dan meramalkan Milea. Walaupun ramalannya tidak tepat, hal itu membuat Milea terus memikirkan lelaki itu. Milea akhirnya mengetahui nama lelaki itu, yaitu Dilan. Dilan terus menghampiri Milea, entah itu di kehidupan maupun dipikirannya dan melakukan hal-hal aneh, lucu serta romantis.
Perasaan yang tadinya tidak ada, tumbuh begitu lebat dan subur di hati Milea. Meskipun banyak sekali kejadian-kejadian yang membuat hubungan mereka goyah, namun perasaan mereka tidak. Kejenakaan Dilan telah membuat Milea jatuh hati,termasuk aku hihih xD
Singkat saja aku menggambarkan isi dari novel Dilan 1990 ini. Karena selain tak ingin spoiler, aku mungkin tak akan sanggup menceritakannya lebih. Sebaiknya lebih baik membacanya sendiri karena kalian akan menemukan rasa manis-manis gula. hihihi :p
Novel ini ditulis mengunakan sudut pandang si tokoh yaitu Milea yang menceritakan awal mulanya ia bertemu dengan Dilan hingga terjadinya benih-benih cinta di antara mereka berdua. Penulisan yang ringan seperti sedang membaca sebuah buku catatan pribadi atau Diary.
Nah untuk cerita awal mulanya aku bertemu dengan novel ini sepertinya tidak ada yang menarik, karena sudah penasaran dan setelah mengumpulkan pundi-pundi uang di celengan, langsung lah beli. Setelah selesai baca novel ini, langsung aku racunin temanku untuk baca juga novel ini. Karena temanku sibuk atau rada males ke toko buku, dengan senang hati aku pinjamkan novel ini padanya. Oh iya, untungnya temanku rumahnya dekat jadi bisa nyamperin kalo aku minta bukunya balik. hihihi :p Setelah itu aku tanya pendapatnya gimana tentang novel ini, dan dia bilang kalau novel ini berhasil bikin dirinya 'mesem-mesem' sendiri. hihihi Akupun juga begitu ketika membacanya. Jujur, aku iri pada Milea yang menemukan sosok lelaki seperti Dilan. Eh, lebih tepatnya 'pernah' menemukan.
Sekarang aku mau ngebahas filmnya nih.
Sebelum aku cerita tentang filmnya aku mau cerita tentang perjalananku menuju TKP alias studio bioskop. Awalnya sebelum berangkat aku masih ragu mau nontoh hari ini juga atau ngga, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan, yah walaupun ga diminta selesai saat itu juga sih. Aku terus liat jam, pas itu tumben banget aku ngga ngantuk dan bangun pagi-pagi sekali. Nah, pas menjelang jam 11-an aku memutuskan untuk cus hari ini juga ke TKP. Kalo masalah jamnya aku pilih yang jam menjelang jam 3 sore, karena kena macet juga di jalan dan estimasi nyampe kurang lebih jam setengah 3 lewat dikit lah. Nah, pas mau antri beli tiket entah mengapa aku merasa seperti anak ilang.wakakak xD. Yang mengantri tiket rata-rata sama teman-temannya dan sama pasangannya. Apalah aku ini yang punya temen sibuk semua, atau karena diriku yang ga ada kerjaan, lalu aku yang tak ada pasangan karena ditinggal wamil wkwk #ngayal Ji Chang Wook kali ah yang lagi wamil. *Korea again*
Lalu, pas di TKP, ruangan ga terlalu penuh sih yah mungkin karena hari pertama penayangan kali ya. Tapi setelah selesai nonton filmnya, aku dapat kabar kalau tiketnya habis. Di dalam hati aku berkata "Untung aku sudah nonton duluan." hihihi :p Setelah melihat-lihat situasi yang pada berpasangan, eh ternyata aku tak sendiri. Ada seorang wanita yang duduk sebelahan denganku yang sendiri juga nontonnya.hehehe Lanjut ke filmnya nih, hmm... filmnya berhasil membuatku tertawa mesem-mesem sampe ngakak. Pas ketawa ngakak itu aku ga sadar diri kalo di ruang itu aku ga sendirian. Sebagian besar kisah dari filmnya sama dengan novelnya, jadi aku ngga akan menceritakannya lagi yah, kalo yang belum nonton dan pengen minta spoiler, baca aja novelnya hihihi ;p Untungnya ga ada perbedaan yang mencolok di film karena penulis sendiri-Pidi Baiq- yang ikut menyutradarai film Dilan 1990 ini.
Nah, pas trailernya nongol di youtube, aku ngeliat yang jadi Dilan adalah Iqbal Ramadhan. Aku merasa saat itu meragukan aktingnya sebagai Dilan, karena wajahnya yang terkesan imut jadi dibayanganku untuk menjadi panglima tempur itu kurang garang. Ternyata pas aku melihat aktingnya, dia berhasil menepis keraguanku. Jujur, aku menyukai tatapan matanya di film ini dan aktingnya ketika ia sedang marah atau berkelahi. Untuk Vanesha Prescilla, aktingnya sebagai Milea cukup bagus lah ya sesuai dengan ekspektasiku, apalagi yang pas dia ketemu sama emaknya Dilan.
Terlepas dari kelebihan yang aku berikan barusan, tentu ada kekurangannya, yaitu pada saat Ibunya Dilan sedang mengendarai mobil. Itu terlihat sekali bohongannya. Padahal akan lebih bagus lagi kalau mengendarai mobilnya itu beneran. Yah walaupun cuma itu saja menurutku kekurangannya, tapi tetap membuat diriku puas menonton film Dilan 1990 ini.
Ada hal lain yang ingin aku komentari lagi, yaitu karena film ini booming sekali jadi banyak yang mengaitkan film ini dengan hal-hal lain, termasuk agama. Sebenarnya aku tidak ingin melarang siapapun untuk mengaitkan film ini atau film lain dengan hal apapun. Tapi, kalau film ini salah di mata sebagian orang, kenapa baru mengomentarinya pada saat filmnya tayang? Kenapa tidak sebelum filmnya ini dibuat. Kan film ini berdasarkan novel. Novelnya aja sudah best seller. Sebaiknya sebelum membuat jurnal atau membuat sebuah ulasan, lebih baik baca dulu bukunya. Lagipula film Dilan ini menyuguhkan film mengenai kenangan masa lalu dari Milea terhadap Dilan.
Nah untuk menanggapi remaja yang katanya lebih senang dibohongi dengan kata-kata daripada tindakan yang nyata, sebenarnya siapa sih yang mau dibohongi? Kenyataannya di dunia ini ga ada satupun orang yang mau dibohongi termasuk aku. Untuk masalah 'rayuan' menurutku dari pihak lelaki, mungkin itu adalah salah satunya cara untuk memikat hati wanita yang ia sukai atau bisa saja sebagai ungkapan perasaannya kepada wanita itu. Bukannya aku membela lelaki yang tipe seperti ini, karena jujur aku juga tidak suka. Tapi, balik lagi ke wanitanya, kenapa mau aja di gombalin? hehe ;p Namanya juga wanita, ye kan. Siapa sih cewe di dunia ini yang ga seneng di puji dan dikasih yang manis-manis. Apalagi duit segepok buat Shopping, eh :p
Ada lagi nih, mungkin banyak banget yang setelah nonton film Dilan 1990 yang ingin pasangannya menjadi seperti Dilan. Eits, stop untuk menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri. Menjadi orang lain juga tak semudah berubah menjadi power ranger. Kalau pasangannya tidak romantis, ya terima saja apa adanya. Jangan dipaksakan,berat. Biar aku saja. Nahloh mulai ngaco kan xD Apa lagi yah? Kayanya cukup ya itu aja.
Karena film ini booming, maka kata-kata Dilan ini juga booming saat ini;
Perasaan yang tadinya tidak ada, tumbuh begitu lebat dan subur di hati Milea. Meskipun banyak sekali kejadian-kejadian yang membuat hubungan mereka goyah, namun perasaan mereka tidak. Kejenakaan Dilan telah membuat Milea jatuh hati,
Singkat saja aku menggambarkan isi dari novel Dilan 1990 ini. Karena selain tak ingin spoiler, aku mungkin tak akan sanggup menceritakannya lebih. Sebaiknya lebih baik membacanya sendiri karena kalian akan menemukan rasa manis-manis gula. hihihi :p
Novel ini ditulis mengunakan sudut pandang si tokoh yaitu Milea yang menceritakan awal mulanya ia bertemu dengan Dilan hingga terjadinya benih-benih cinta di antara mereka berdua. Penulisan yang ringan seperti sedang membaca sebuah buku catatan pribadi atau Diary.
Nah untuk cerita awal mulanya aku bertemu dengan novel ini sepertinya tidak ada yang menarik, karena sudah penasaran dan setelah mengumpulkan pundi-pundi uang di celengan, langsung lah beli. Setelah selesai baca novel ini, langsung aku racunin temanku untuk baca juga novel ini. Karena temanku sibuk atau rada males ke toko buku, dengan senang hati aku pinjamkan novel ini padanya. Oh iya, untungnya temanku rumahnya dekat jadi bisa nyamperin kalo aku minta bukunya balik. hihihi :p Setelah itu aku tanya pendapatnya gimana tentang novel ini, dan dia bilang kalau novel ini berhasil bikin dirinya 'mesem-mesem' sendiri. hihihi Akupun juga begitu ketika membacanya. Jujur, aku iri pada Milea yang menemukan sosok lelaki seperti Dilan. Eh, lebih tepatnya 'pernah' menemukan.
Sekarang aku mau ngebahas filmnya nih.
Ini gambar ngambil dari insta story-ku, jadi ga bisa diilangin tulisannya hihihi |
Sebelum aku cerita tentang filmnya aku mau cerita tentang perjalananku menuju TKP alias studio bioskop. Awalnya sebelum berangkat aku masih ragu mau nontoh hari ini juga atau ngga, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan, yah walaupun ga diminta selesai saat itu juga sih. Aku terus liat jam, pas itu tumben banget aku ngga ngantuk dan bangun pagi-pagi sekali. Nah, pas menjelang jam 11-an aku memutuskan untuk cus hari ini juga ke TKP. Kalo masalah jamnya aku pilih yang jam menjelang jam 3 sore, karena kena macet juga di jalan dan estimasi nyampe kurang lebih jam setengah 3 lewat dikit lah. Nah, pas mau antri beli tiket entah mengapa aku merasa seperti anak ilang.
Lalu, pas di TKP, ruangan ga terlalu penuh sih yah mungkin karena hari pertama penayangan kali ya. Tapi setelah selesai nonton filmnya, aku dapat kabar kalau tiketnya habis. Di dalam hati aku berkata "Untung aku sudah nonton duluan." hihihi :p Setelah melihat-lihat situasi yang pada berpasangan, eh ternyata aku tak sendiri. Ada seorang wanita yang duduk sebelahan denganku yang sendiri juga nontonnya.
Nah, pas trailernya nongol di youtube, aku ngeliat yang jadi Dilan adalah Iqbal Ramadhan. Aku merasa saat itu meragukan aktingnya sebagai Dilan, karena wajahnya yang terkesan imut jadi dibayanganku untuk menjadi panglima tempur itu kurang garang. Ternyata pas aku melihat aktingnya, dia berhasil menepis keraguanku. Jujur, aku menyukai tatapan matanya di film ini dan aktingnya ketika ia sedang marah atau berkelahi. Untuk Vanesha Prescilla, aktingnya sebagai Milea cukup bagus lah ya sesuai dengan ekspektasiku, apalagi yang pas dia ketemu sama emaknya Dilan.
Terlepas dari kelebihan yang aku berikan barusan, tentu ada kekurangannya, yaitu pada saat Ibunya Dilan sedang mengendarai mobil. Itu terlihat sekali bohongannya. Padahal akan lebih bagus lagi kalau mengendarai mobilnya itu beneran. Yah walaupun cuma itu saja menurutku kekurangannya, tapi tetap membuat diriku puas menonton film Dilan 1990 ini.
Ada hal lain yang ingin aku komentari lagi, yaitu karena film ini booming sekali jadi banyak yang mengaitkan film ini dengan hal-hal lain, termasuk agama. Sebenarnya aku tidak ingin melarang siapapun untuk mengaitkan film ini atau film lain dengan hal apapun. Tapi, kalau film ini salah di mata sebagian orang, kenapa baru mengomentarinya pada saat filmnya tayang? Kenapa tidak sebelum filmnya ini dibuat. Kan film ini berdasarkan novel. Novelnya aja sudah best seller. Sebaiknya sebelum membuat jurnal atau membuat sebuah ulasan, lebih baik baca dulu bukunya. Lagipula film Dilan ini menyuguhkan film mengenai kenangan masa lalu dari Milea terhadap Dilan.
Nah untuk menanggapi remaja yang katanya lebih senang dibohongi dengan kata-kata daripada tindakan yang nyata, sebenarnya siapa sih yang mau dibohongi? Kenyataannya di dunia ini ga ada satupun orang yang mau dibohongi termasuk aku. Untuk masalah 'rayuan' menurutku dari pihak lelaki, mungkin itu adalah salah satunya cara untuk memikat hati wanita yang ia sukai atau bisa saja sebagai ungkapan perasaannya kepada wanita itu. Bukannya aku membela lelaki yang tipe seperti ini, karena jujur aku juga tidak suka. Tapi, balik lagi ke wanitanya, kenapa mau aja di gombalin? hehe ;p Namanya juga wanita, ye kan. Siapa sih cewe di dunia ini yang ga seneng di puji dan dikasih yang manis-manis. Apalagi duit segepok buat Shopping, eh :p
Ada lagi nih, mungkin banyak banget yang setelah nonton film Dilan 1990 yang ingin pasangannya menjadi seperti Dilan. Eits, stop untuk menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri. Menjadi orang lain juga tak semudah berubah menjadi power ranger. Kalau pasangannya tidak romantis, ya terima saja apa adanya. Jangan dipaksakan,
Karena film ini booming, maka kata-kata Dilan ini juga booming saat ini;
"Jangan rindu. Berat. Kau takkan sanggup. Biar aku saja!"Tapi, kata-kata yang berkesan untukku itu adalah yang ini;
"Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang." Dilan, hal 100.Kalau untuk nilai, aku akan memberikan 8,5/10 untuk film ini.
Komentar
Posting Komentar