The Girl On The Train

Assalamu'alaikum
Selamat malam readers - Chingu ^^

Tumben-tumbenan nih ngeposting di malam jum'at. Tapi, yang aku mau bahas malam ini bukannya cerita horor sih, melainkan novel Thriller. Novel karangan Paula Hawkins yang berjudul The Girl On The Train, yang sebelumnya aku itu udah ngiler banget sama buku ini. Nah, aku berjodoh dengan buku ini pas di book fair sama seperti novel Tere Liye yang aku bahas kemarin. Pas lagi di stan Mizan, aku itu lama banget ngiterin rak buku cuma buat milih-milih novel doang. Karena bingung mau pilih yang mana, buku yang aku idam-idamkan ga cuma satu doang apalagi jumlah buku di wish list itu udah nyampe ratusan lebih dan rata-rata itu novel luar semua/novel terjemahan. 

Setelah mempertimbangkan secara matang dalam waktu beberapa menit, akhirnya aku memilih 3 buku; buku lokal 1 yaitu novelmya ayah Pidi Baiq - Dilan 1990, lalu novel luar/terjemahan yang saat ini akan aku bahas milik Paula Hawkins - The Girl On The Train, dan satu lagi pada saat itu aku ikut Pre-Order novelnya Dan Brown yang berjudul Origins edisi tanda tangan penulis. Sekarang bukunya udah di tanganku, tapi untuk novel Origins belum bisa aku bahas bulan ini atau bulan-bulan depan, karena belum dibaca dan mengantri. hihihi      

Itu cerita singkatku mengenai belanja di book fair. Ga penting juga ya buat dibahas, tapi tangan ini ingin menuliskannya. Yaudahlah ya.... Sekarang lanjut aja ya ke novel The Girl On The Train 




Judul: The Girl On The Train
Penulis: Paula Hawkins
Penerbit: Naura Books
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 431 hlm
ISBN: 978-602-0989-97-6

Mengisahkan tentang seorang wanita yang bernama Rachel. Ia belum bisa melupakan mantan suaminya. Setelah bercerai, Rachel tinggal bersama rekannya semasa kuliah yang tidak begitu akrab dengannya. Rachel dipecat dari pekerjaannya karena pecandu alkohol dan untuk mengisi waktunya setiap hari ia pergi menaiki kereta sesuai dengan jadwalnya pada saat ia bekerja. Rachel suka mengamati rumah-rumah yang ia lewati di sepanjang perjalanan dan ia tertarik pada rumah nomor 15, rumah favoritnya. Rumah itu tidak beda jauh dengan rumahnya dulu waktu pada saat bersama dengan mantan suaminya. Suatu pagi, Rachel mengamati rumah itu dan menyaksikan kejadian yang membuatnya marah. Kejadian itulah yang membuatnya menjadi saksi kunci atas sebuah kasus pembunuhan. Sayang, pengaruh alkohol membuatnya sebagai saksi sementara atau lebih tepatnya saksi yang tak dapat dipercaya.

Novel ini berhasil membuatku kesal dengan tiga tokoh wanita di dalamnya, yang rata-rata tidak bisa jauh dari seorang lelaki. Apalagi Rachel yang belum bisa move on dari mantan suaminya yang telah menyelingkuhinya. Lalu melihat Rachel menjadi alkoholic/pecandu alkohol yang membuatku ingin menuangkan seluruh alkohol yang dibawanya ke wajah Rachel. Aku juga kesal dengan Anna yang menjadi istri dari mantan suaminya Rachel, yang menurutku dia tak tahu diri karena telah merebut suami orang. Lalu, ada lagi wanita yang bernama Megan yang ingin lepas dari suaminya yang setia. Aaarrrrgggghhh isi ceritanya benar-benar membuatku terbawa perasaan kesal. hihihi
Cerita ini juga mengandung 'twist' yang berhasil membuat tebakanku salah. Atau aku memang belum berbakat menjadi detektif. wkwk

Nah, untuk filmnya. Oh sungguh, aku pikir akan semenarik dengan novelnya, ternyata tidak. Aku tidak merasakan adanya hal yang 'greget' di filmnya. Aku merasa hampa ketika menonton filmnya. Tapi, tertolong lah sedikit berkat akting galaknya Luke Evans sebagai suami dari Megan. Banyak banget perbedaan yang ada di novel dengan yang ada di film. Kebanyakan yang di film itu tidak sesuai dengan isi novelnya. Itu salah satu alasan aku kecewa dengan filmnya. Untuk akting Emily Blunt sebagai Rachel cukup bagus sih, sesuai lah ya sama karakternya tapi untuk segi fisiknya bener-bener ga sesuai. Seharusnya Emily gendutan di filmnya. Di novel, Rachel itu tidak memiliki kelebihan apapun, tiba-tiba pas nonton filmnya aku kaget, Rachel bisa melukis. Woow.

Oke, sekian komentarku mengenai novel dan film dari novel  The Girl On The Train. Semoga next time aku tidak menemukan kekecewaan ketika menonton film yang diangkat dari novel lagi. Aamiin. :)
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini dan  mohon kritik dan sarannya di kolom komentar. :)

Komentar

Postingan Populer